Saya bukan penyuka sepak bola, tapi dulu saat kecil (tahun 80’an) sering diajak alm Bapak nonton pertandingan di Stadion Tambaksari Surabaya.
Kadang nonton Niac Mitra, kadang Persebaya. Dulu rasanya kok senang-senang saja ya.
Jajan, tepuk tangan saat gol, lalu jajan lagi.
Pernah waktu itu saya ambil jajanan di pedagang yang lewat, lupa tidak bilang Bapak. Minggu depannya baru dibayar. :D Mungkin karena sudah saling hapal wajah masing-masing.
Kadang saya ketiduran, jadinya pulang digendong bapak ke parkiran motor.
Lalu kami selalu beli martabak buat yang di rumah. Belinya di daerah Sasak, Kampung Arab, tempat tinggal Bapak waktu kecil.
Di jalanan juga biasa saja. Ya ramai, tapi biasa saja. Polisi hanya ada di parkiran.
Saat sudah SMP bahkan SMA saya sudah tidak mau diajak Bapak ke Tambaksari. Ada saja alasannya.
Penyesalan memang selalu datang terlambat.
Lantas apa bedanya dengan pertandingan sepak bola zaman sekarang?
Apakah masih akan ada anak kecil yang punya kenangan manis diajak bapaknya ke stadion nonton bola?
Apapun yang terjadi di Stadion Kanjuruhan kemarin dan stadion-stadion lain sebelum itu, siapapun yang salah, mari sama-sama kita doakan agar peristiwa yang sama tidak terjadi lagi…
Nonton sepak bola adalah untuk membuat kenangan dengan orang-orang terdekat.