Refleksi dari podcast "The Price We Pay For Being Productive - A Philosophical Critique of Hustle Culture" oleh Robin Waldun
Refleksi tentang efek merusak dari budaya produktif yang salah kaprah.
Sudah lama terlewat untuk menambah catatan refleksi di substack. Semoga catatan ini bisa menumbuhkan kembali pikiran kreatif Anda semua.
Video ini membahas efek negatif budaya produktivitas dan tekanan untuk terus bekerja, terutama di dunia akademik. Budaya kerja keras dapat mengakibatkan kualitas kerja yang kompromi dan masalah keseimbangan kehidupan kerja-pribadi. Penting bagi dunia akademik untuk mengevaluasi kembali nilai-nilai dan menekankan kualitas daripada kuantitas.
Selamat pagi, dalam perjalanan lari saya pagi ini, saya mendengarkan podcast berjudul "The Price We Pay For Being Productive - A Philosophical Critique of Hustle Culture" oleh Robin Waldun. Dia bukan siapa-siapa, kalau yang anda dengarkan hanya para pemenang Nobel. Saya memang mencoba berlatih tiap hari, mendengarkan apa yang dibicarakan, bukan siapa yang berbicara. Berikut ini adalah ringkasannya.
Video essay ini menjelajahi efek merusak dari budaya produktif. Pembicara membahas tekanan untuk terus bekerja dan menjadi produktif, yang dapat menyebabkan kelelahan dan kompromi pada kualitas kerja. Mereka berargumen bahwa obsesi masyarakat terhadap produktivitas telah menciptakan masyarakat pencapaian, di mana individu merasa perlu terus mencapai dan menjadi produktif. Paradoks budaya kerja keras menjadi sangat jelas di dunia akademik, di mana tekanan untuk sering menerbitkan dan mendapatkan dana penelitian seringkali lebih diutamakan daripada pengejaran pengetahuan mendalam dan eksplorasi intelektual.
Di dunia akademik, harapan untuk terus menghasilkan hasil dan menerbitkan makalah dapat mengarah pada budaya kerja berlebihan dan stres. Hal ini dapat mengakibatkan peneliti lebih memprioritaskan kuantitas daripada kualitas, menghasilkan karya yang biasa-biasa saja dan mengorbankan waktu dan perhatian yang diperlukan untuk penelitian yang ketat dan pemikiran kritis. Tekanan untuk terus bekerja keras dan mencapai juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi, yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental di kalangan akademisi.
Meskipun konsekuensi negatifnya, sistem akademik itu sendiri seringkali mempertahankan budaya kerja keras. Institusi dan badan pendanaan lebih memprioritaskan hasil yang dapat diukur seperti jumlah publikasi dan metrik sitasi, menempatkan penekanan pada produktivitas daripada nilai intelektual atau dampak sosial dari penelitian (catatan: banyak peneliti sudah mengakui bahwa meningkatkan dampak sosial lebih sulit dan perlu waktu lebih lama). Hal ini menciptakan paradoks di mana pengejaran pengetahuan dan tekanan untuk terus menghasilkan menjadi kekuatan yang saling bertentangan.
Untuk mengatasi paradoks ini, sangat penting bagi dunia akademik untuk mengevaluasi kembali nilai-nilainya dan mendefinisikan kesuksesan di luar produktivitas semata. Ini termasuk menghargai keterlibatan intelektual yang mendalam, mendorong kolaborasi lintas disiplin, dan mempromosikan keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi yang sehat. Selain itu, institusi harus mempertimbangkan metrik alternatif untuk mengevaluasi dampak penelitian dan mengakui pentingnya kualitas daripada kuantitas.
Jadi kalau Anda dalam posisi memimpin sebuah perguruan tinggi dan punya kesempatan untuk mempengaruhi, jangan hanya menayangkan prestasi-prestasi yang bersifat dangkal, yang hanya menonjolkan peringkat-peringkat semu dan tidak jelas asal-usulnya dan dasar perhitungannya.
Daftar bacaan:
The hustle economy : transforming your creativity into a career : Free Download, Borrow, and Streaming : Internet Archive. (2023, October 30). Retrieved from https://archive.org/details/hustleeconomytra0000unse/page/n3/mode/2up.
Romanticizing Academics is Romanticizing Hustle Culture. (2023, October 30). Retrieved from https://thepaladin.news/articles/2023/10/08/romanticizing-academics-is-romanticizing-hustle-culture.
Hustle culture at university vs. how to be engaged in careers without the pressure – The King's Careers Blog. (2023, October 30). Retrieved from https://blogs.kcl.ac.uk/kingscareers/hustle-culture-at-university-vs-how-to-be-engaged-in-careers-without-the-pressure.
The Impact of Hustle Culture in Academia on Disabled Students by Nikita Ghodke. (2023, September 15). Retrieved from https://voicesofacademia.com/2023/09/01/the-impact-of-hustle-culture-in-academia-on-disabled-students-by-nikita-ghodke.
Isabel Lischewski, Editorial #20: Wake Me Up When Academic Hustle Culture Ends, Völkerrechtsblog, 05.09.2022, doi: 10.17176/20220905-110745-0.
Academic Rigor or Hustle Culture? Unveiling the Dilemma in Modern Education | LinkedIn. (2023, October 30). Retrieved from https://www.linkedin.com/pulse/academic-rigor-hustle-culture-unveiling-dilemma-modern-suraj-shah.