Komunikasi Zero Context dalam Kurikulum MBKM
Sepertinya komunikasi zero context diperlukan dalam kurikulum MBKM.
Cara pandang baru
Baru-baru ini saya menghadiri rapat prodi yang membahas secara mendalam tentang kurikulum. Dalam rapat tersebut, terdapat diskusi penting mengenai bagaimana satu mata kuliah (MK) akan berdiri sendiri dalam konsep kurikulum MBKM yang baru ini, yang tentunya membawa perubahan signifikan dalam cara pandang kita terhadap proses belajar mengajar.
Dalam skenario baru ini, satu MK tidak lagi memiliki persyaratan lulus MK lain sebelumnya, yang dahulu sering kali menjadi hambatan bagi mahasiswa. Sebagai pengingat dan untuk memberikan gambaran lebih jelas, mari kita lihat bagaimana kurikulum di masa lalu bekerja (saya juga sudah tidak ingat apa yang saya maksud dengan zaman dulu, tetapi mari kita coba). Ketika mengambil satu MK, seorang mahasiswa harus memperhatikan persyaratan tertentu. Misalnya, seorang mahasiswa yang ingin mengambil MK B harus memenuhi persyaratan berikut:
Harus lulus MK A terlebih dahulu, yang berarti mahasiswa harus menyelesaikan dan lulus MK A sebelum bisa mengambil MK B.
Pernah mengambil MK A dan MK C, yang berarti mahasiswa harus sudah pernah mengikuti (meskipun tidak harus lulus) MK A dan MK C.
Tidak ada persyaratan sama sekali, yang berarti MK B dapat diambil kapan saja sesuai keinginan mahasiswa tanpa prasyarat.
Namun, sekarang dengan adanya kebijakan baru ini, seolah-olah semua MK hanya memiliki syarat ketiga, yaitu tanpa prasyarat. Yang saya ingin tahu lebih lanjut adalah apakah prinsip ini diterapkan secara universal untuk semua program studi, terutama bagaimana implementasinya dalam prodi yang lebih kompleks seperti prodi kedokteran. Bisakah topik-topik organ dipelajari secara acak tanpa urutan tertentu? Atau, untuk lebih jelasnya, apakah organ tubuh memang harus dipelajari dalam urutan tertentu untuk memfasilitasi pemahaman yang lebih baik?
Hubungannya dengan komunikasi zero context
Oleh karena itu, artikel saya tentang komunikasi zero context yang saya tulis kemarin menjadi sangat relevan dalam konteks ini. Bahwa saat mengajar MK apapun, seorang dosen perlu memberikan penjelasan yang jelas dan mendetail terlebih dahulu mengenai konteks dari MK tersebut, bagaimana hubungannya dengan MK lainnya, dan apa manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Asumsinya adalah mahasiswa belum memiliki konteks atau belum memiliki pengetahuan sebelumnya (prior knowledge). Sebenarnya, cara yang sama juga harus dilakukan saat memberikan kuliah dalam kurikulum yang lama, tetapi seringkali dosen berasumsi kalau mahasiswa telah memahami konteks tanpa perlu penjelasan ulang. Kenyataannya, mahasiswa bisa saja lupa akan hal tersebut.
Kemudian saya teringat kembali pengalaman kuliah zaman dulu. Seringkali, konteks, hubungan antara kuliah, dan manfaat MK dalam kehidupan sehari-hari lupa dijelaskan ulang oleh dosen, yang menyebabkan kebingungan di kalangan mahasiswa.
Sekarang, dalam sistem baru ini, kita sebagai dosen tidak bisa lagi kita mengandalkan asumsi lama, karena MK seolah berdiri sendiri tanpa adanya hubungan kronologis dengan MK lainnya.
Konteks penting dalam kuliah
Menjelaskan konteks setiap mata kuliah sebelum melanjutkan materi sangat penting bagi seorang dosen karena beberapa alasan yang sangat mendasar dan signifikan:
Pemahaman yang Lebih Baik: Dengan memahami konteks, mahasiswa dapat lebih mudah menyerap dan mencerna materi yang diajarkan. Ini karena mereka mengetahui latar belakang dan relevansi dari topik yang diberikan, sehingga membantu mereka mendapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh tentang apa yang sedang dipelajari.
Motivasi Belajar: Ketika mahasiswa mengetahui konteks dari materi yang diajarkan, motivasi untuk belajar dapat meningkat secara signifikan. Ini karena mereka dapat melihat bagaimana materi tersebut berhubungan langsung dengan kehidupan nyata atau bidang studi mereka, membuat pembelajaran menjadi lebih berarti dan tidak sekadar teori belaka.
Kerangka Acuan: Konteks menyediakan kerangka acuan yang sangat berguna, yang memungkinkan mahasiswa untuk mengorganisir informasi baru dengan lebih terstruktur. Hal ini juga membantu mereka untuk menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya, menciptakan jalinan pengetahuan yang lebih kuat dan kokoh.
Keterkaitan Antar Mata Kuliah: Dengan menjelaskan konteks, dosen dapat membantu mahasiswa untuk melihat dan memahami keterkaitan antara mata kuliah yang berbeda. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan pemahaman yang lebih menyeluruh dan holistik tentang bidang studi mereka, serta bagaimana berbagai disiplin ilmu berinteraksi dan saling melengkapi.
Kesiapan mahasiswa: Mahasiswa akan lebih siap secara mental dan emosional untuk menerima materi baru jika mereka sudah memahami tujuan dan pentingnya topik yang akan dibahas. Dengan adanya konteks, mereka dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik, baik dalam hal pengetahuan maupun sikap mental, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif dan efisien.
Mungkin pendapat saya di atas keliru. Bagaimana pendapat Anda?

