Saya tahu rasanya tidak enak ya kalau usaha kita belum berhasil. Apalagi waktu paper kita ditolak, padahal kita sudah berusaha maksimal. Tapi jangan khawatir, proses review paper itu memang subjektif kok—banyak hal di luar kendali kita yang bisa mempengaruhi hasilnya.
Berikut beberapa langkah yang bisa Anda pertimbangkan:
Minta Masukan: Jangan ragu untuk meminta penjelasan detail dari jurnal yang menolak paper Anda. Memahami kekhawatiran mereka akan membantu memperkuat naskah Anda. Namun, perlu diingat bahwa semakin prestigious jurnalnya, semakin kecil kemungkinan Anda mendapat jawaban yang memuaskan. Kebanyakan jurnal hanya akan mengarahkan Anda ke panduan umum, padahal seringkali pertanyaan kita bersifat spesifik dan kontekstual. Contohnya seperti kasus saya baru-baru ini. Manuskrip saya menjalani cek kemiripan (similarity check) di awal proses submission yang dilakukan secara otomatis. Hasilnya menunjukkan kemiripan 10%, tetapi tidak ada yang signifikan—hanya kemiripan di level kata atau frasa pendek. Kemiripan yang lebih panjang hanya terdapat pada kalimat-kalimat yang bersifat umum. Meski demikian, jurnal tetap meminta submit ulang, padahal tidak mungkin merevisi atau memparafrase kemiripan-kemiripan tersebut. Sayangnya, platform jurnal tidak menyediakan fitur bagi penulis untuk mengajukan argumen.
Revisi dan Submit Ulang: Perubahan kecil dapat membawa dampak besar. Manfaatkan masukan yang Anda terima untuk memperbaiki karya sebelum mengirimkannya ke jurnal yang sama atau jurnal lain. Pastikan Anda memiliki daftar jurnal cadangan. Ingat, ada sangat banyak jurnal akademik—jangan membatasi pilihan Anda hanya pada beberapa saja.
Berkolaborasi: Ajak rekan atau pembimbing untuk memberikan pandangan baru yang bisa meningkatkan kualitas paper Anda. Ini saran yang baik, namun tetap harus mengutamakan integritas akademik. Jangan menambahkan nama penulis baru hanya untuk meningkatkan peluang artikel diterima. Meskipun banyak narasumber menyarankan cara ini (perlu dicatat bahwa istilah "cara" di sini bermakna "mengakali proses"), hal tersebut tidak patut dilakukan. Publikasi karya ilmiah tidak memerlukan manipulasi. Tetaplah pada rencana awal Anda. Jika memang perlu menambahkan penulis baru, pastikan mereka memberikan kontribusi yang nyata dan proporsional dalam artikel tersebut.
Jelajahi Jurnal Lain: Setiap jurnal punya fokus dan persyaratan yang berbeda. Menemukan jurnal yang cocok memang butuh waktu dan kesabaran. Ini saran yang baik, berkaitan dengan saran kedua. Jumlah jurnal akademik bukan hanya lima buah.
Tetap Semangat: Penolakan itu hal biasa dalam dunia akademik. Bahkan peneliti berpengalaman pun sering mengalami penolakan sebelum akhirnya berhasil publikasi. Ini saran klasik. Mudah disampaikan, tapi sulit dijalankan. Jadi manfaatkan waktu Anda dengan bijak. Sangat wajar kalau Anda ngambek, tapi ngambek-nya jangan terlalu lama. Yang akan merugi adalah Anda sendiri. Sistem akademik telah dibuat sedemikian rupa sejak lama bahwa, ngambek bukanlah sebuah pilihan bijak.
Akhir kata, menggunakan waktu secara bijak untuk berhenti sejenak, memulihkan pikiran dan perasaan memang penting, tetapi tetap jaga fokus pada tujuan Anda. Ketekunan dan dedikasi Anda akan membuahkan hasil pada waktunya, tidak perlu terburu-buru. Ini bukan balapan. Memangnya mau ke mana?
Bagaimana cara Anda biasanya mengatasi hambatan di atas? Ketik di kotak komentar ya. 😊