Saat ini, setiap kampus perlu memiliki kebijakan yang jelas mengenai penggunaan AI generatif dalam kegiatan akademik. Kebijakan ini sangat penting untuk memberikan panduan dan batasan yang tegas kepada seluruh sivitas akademika - mulai dari mahasiswa, dosen, hingga staf administratif - tentang bagaimana memanfaatkan teknologi AI generatif secara bertanggung jawab dan sesuai dengan nilai-nilai akademik.
Dokumen ini merupakan ringkasan dari berbagai panduan penggunaan AI generatif yang telah diterapkan oleh berbagai institusi pendidikan tinggi di dunia. Tujuannya adalah memberikan gambaran umum tentang praktik-praktik yang perlu dihindari saat menggunakan AI generatif dalam konteks akademik, serta cara-cara melakukan verifikasi terhadap output yang dihasilkan oleh AI.
Melalui pemahaman yang baik tentang batasan dan tanggung jawab dalam penggunaan AI generatif, diharapkan seluruh sivitas akademika dapat memanfaatkan teknologi ini sebagai alat bantu yang efektif sambil tetap menjaga integritas akademik dan kualitas pembelajaran.
Dan satu lagi…
Menggunakan AI generatif adalah untuk membantu, bukan untuk memudahkan dalam konteks menggampangkan.
Hal-hal yang Tidak Boleh Dilakukan dengan AI Generatif
Kecerdasan Buatan (AI) generatif telah menjadi alat yang sangat ampuh dalam berbagai bidang kehidupan. Seperti halnya teknologi lain, penggunaan AI generatif harus dilakukan secara bijak dan bertanggung jawab. Ada beberapa hal penting yang perlu dihindari saat menggunakan AI generatif agar penggunaannya tetap aman, bermanfaat, dan selaras dengan Integritas Akademik.
Mengabaikan verifikasi: Salah satu kesalahan fatal yang sering terjadi adalah menerima mentah-mentah output AI tanpa melakukan fact-checking dan verifikasi mendalam. Setiap output AI perlu divalidasi kebenarannya menggunakan sumber-sumber terpercaya dan pengetahuan domain yang relevan.
Menggantikan penilaian manusia sepenuhnya: AI harus dipandang sebagai alat bantu yang memperkaya - bukan menggantikan - penilaian dan pengambilan keputusan manusia yang kritis. AI dapat memberikan wawasan dan rekomendasi, tetapi keputusan akhir tetap membutuhkan pertimbangan manusia yang matang. Beberapa contoh yang perlu dihindari:
Menggunakan AI untuk mendiagnosis penyakit tanpa konfirmasi dokter - diagnosis medis membutuhkan pengalaman klinis dan pertimbangan holistis yang hanya dimiliki tenaga medis profesional
Mengandalkan AI sepenuhnya untuk keputusan investasi keuangan tanpa analisis manusia - pasar keuangan memiliki kompleksitas dan faktor-faktor situasional yang membutuhkan penilaian manusia berpengalaman
Menggunakan AI untuk menilai kelayakan kandidat pekerja tanpa interview langsung - proses rekrutmen memerlukan evaluasi karakter, soft skills, dan kecocokan budaya yang hanya dapat dinilai melalui interaksi manusia
Membiarkan AI membuat keputusan akhir dalam kasus hukum tanpa pertimbangan hakim. Keadilan hukum membutuhkan interpretasi kontekstual dan pertimbangan etis yang mendalam dari para ahli hukum
Mengandalkan AI sepenuhnya untuk mengevaluasi essay atau karya tulis tanpa review pengajar - penilaian akademik memerlukan pemahaman mendalam tentang konteks pembelajaran dan perkembangan individual siswa
Melanggar privasi dan mengabaikan hak cipta: Penggunaan AI harus selalu menghormati privasi individu dan hak kekayaan intelektual. Jangan sekali-kali menggunakan AI untuk memproses atau menganalisis data pribadi tanpa mendapatkan persetujuan eksplisit dan izin yang sesuai dengan regulasi yang berlaku. Demikian pula, hindari menggunakan AI untuk menghasilkan, memodifikasi, atau menduplikasi karya yang dilindungi hak cipta tanpa izin pemilik yang sah, karena hal ini dapat menimbulkan masalah hukum dan etika yang serius.
Cara Melakukan Fact-Checking untuk Output AI Generatif
Perlu diingat bahwa proses fact-checking membutuhkan waktu dan ketelitian. Meski demikian, investasi waktu tersebut sepadan dengan kredibilitas dan keandalan informasi yang dihasilkan. Berikut adalah langkah-langkah penting untuk melakukan fact-checking terhadap output AI generatif:
Identifikasi klaim utama: Pisahkan dan catat setiap pernyataan atau klaim penting yang dibuat oleh AI dalam outputnya.
Periksa sumber primer dan bandingkan dengan sumber yang berbeda: Cari dan verifikasi informasi dari sumber asli dan terpercaya seperti jurnal akademik, publikasi ilmiah, atau dokumen resmi institusi. Jangan hanya mengandalkan satu sumber. Bandingkan informasi dari berbagai sumber kredibel untuk memastikan konsistensi dan akurasi.
Perhatikan konteks dan waktu: Pastikan informasi masih relevan dan up-to-date. Data atau fakta lama mungkin sudah tidak akurat lagi dalam konteks saat ini.
Dokumentasikan proses verifikasi: Catat sumber-sumber yang digunakan untuk fact-checking dan simpan sebagai referensi. Ini membantu dalam transparansi dan memudahkan pemeriksaan ulang jika diperlukan. Ini perlu dijelaskan dalam Bab Metode atau Pengungkapan.
Konsultasi dengan ahli (bila diperlukan): Untuk topik-topik kompleks atau teknis, mintalah pendapat dari pakar di bidang tersebut untuk memverifikasi kebenaran informasi.